Jumat, 20 Desember 2013

MAU TAHU PENDIRI WAHABI?



Perbedaan Wahabi dan Salafy
Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H. Bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H

Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, dan sangat jauh dari Islam.

Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam.

Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.

Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, Iran (Syiah) menuduh Arab saudi Wahabi,bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.

Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.

Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:

1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.

2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.

3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.

Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.

FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB

Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya.

Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara.

Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]

Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab

1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)

Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.

Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–.

Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.

“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red.

Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)

2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama’ah)

Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.

Syaikh berkata,

“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat.

Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku.

Bahkan aku jadikan Allah, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).

“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).

Jadi ternyata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum.

Demikian pula ternyata Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj

Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf

Dan Jika Kami (Salafi) Masih dituduh Wahabi maka saksikanlah kami adalah (Salafi) Wahabi yang Bermanhaj Salaf.


Sumber: http://aslibumiayu.wordpress.com/2013/03/14/mau-tahu-pendiri-wahabi-waspadailah-bahaya-pemikirannya-dan-jangan-kita-tertipu-ajakannya/#more-6491

Minggu, 08 Desember 2013

Kenikmatan Mendapatkan Takbiratul Ihram









Syaikh Dr. Abdul Muhsin al-Ahmad bercerita:

Salah seorang masyaikh menceritakan bahwa salah seorang dari mereka adalah seorang imam masjid. Syaikh (pencerita) ini menceritakan suatu kisah tentang imam masjid tersebut. Beliau berkata: sesungguhnya suatu ketika sang imam ini datang ke masjid (untuk sholat subuh) dan kemudian dia mendengar suara berisik di dekat pintu masjid. Maka dia keluar untuk melihat ada apa disitu? Ketika sampai di pintu masjid sang imam ini melihat seorang lelaki sujud dengan sempurna di dekat sepatu-sepatu dan sandal-sandal (jamaah masjid) dan terdengar tangisan dari laki-laki ini.

Sang Imam berkata, “Aku heran kepadanya dan aku menyangkanya bahwa dia mungkin sedang tidak waras, bagaimana tidak, dia sujud ditempat seperti ini sementara ada tempat yang luas dan bersih di dalam masjid.”

Kemudian kembalilah Sang Imam ke masjid dan tibalah waktu sholat subuh dan bertakbirlah sang imam dan memulai sholatnya. Kemudian Sang Imam melanjutkan ceritanya, “Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan yang keras di belakangku, namun demikian tetap kusempurnakan sholat sampai akhir dan setelah itu aku berpaling ke belakang dan kudapati seorang lelaki tertelungkup menangis. Aku terheran-heran dan berbagai macam pertanyaan akan laki-laki ini berkecamuk dalam diriku dan juga muncul empati kepadanya. Maka kemudian aku mendatanginya dan ketika aku melihatnya (dari dekat) ternyata dia laki-laki yang sama yang menangis di dekat pintu masjid di sisi sepatu-sepatu jamaah tadi.
Maka aku sangat terheran-heran dengan perkara lelaki ini maka aku bertanya kepadanya, ada apa dengan mu wahai saudara.. Aku melihatmu sujud di dekat sepatu-sepatu dan sekarang aku melihat mu disini penuh ketundukan kepada Allah.”
Akhirnya lelaki ini menceritakan kisahnya kepadaku, seraya berkata, “Baiklah aku akan ceritakan kisahku… Suatu kali aku mendengar hadis Rasulullah,

من صلى لله أربعين يوما في جماعة يدرك التكبيرة الأولى كتبت له براءتان براءة من النار وبراءة من النفاق ( الترمذي برقم 241 وضعفه الترمذي ، وحسنه الألباني

“Barang siapa sholat ikhlas kepada Allah selama 40 hari dalam jamaah (di masjid), dia dapati takbir yang pertama (takbiratul ihram), maka dia akan dituliskan baginya lepas dari dua perkara: Lepas dari neraka dan lepas dari kemunafikan.” (H.R. At-tirmidzi no. 241 dan didhaifkan oleh Imam at-tirmidzi dan dihasankan oleh Imam al-Albani).

Maka aku menjadi termenung apakah aku bisa mendapatkan dua hal ini, lepas dari sifat munafik dan lepas dari neraka??? Hanya dengan menjaga takbiratul ihram bersama imam selama 40 hari??! Aku akan bersungguh-sungguh untuk melakukannya dan aku sudah melalui 39 malam, tidak tersisa kecuali satu malam saja. Akan tetapi pada fajar hari ke-40 aku ketiduran, ketika aku bangun kudapati masjid-masjid sudah mulai iqomah (tanda sholat segera ditegakkan), maka aku bangkit seperti orang gila, aku berwudhu, dan keluar serta mengendarai mobilku secepatnya. Aku berpindah dari satu masjid ke satu masjid lainnya. Demi Allah, aku menangis di dalam mobilku… Aku berkata, “Wahai Rabb-ku jangan haramkan aku dari karunia-Mu, jangan haramkan aku dari dua hal (lepas dari kemunafikan dan neraka).

Akhirnya aku berputar-putar di antara masjid ke masjid kemudian kudapati masjidmu ini masih tenang (belum mulai sholat), maka aku masuk ke dalamnya dalam keadaan gugup dan jantungku serasa sudah seperti sampai ke tenggorokan… Bagaimana keadaan jamaah? Apakah mereka berdiri? Tidak mungkin sujud? atau tidak mungkin ruku?… Saat itu, kudapati engkau sedang membaca Alquran, tidak ada yang bisa kulakukan untuk Rabb-ku selain bersujud di sisi sandal-sandal itu untuk Rabb-ku sebagai bentuk kesyukuranku kepada-Nya. Allah tidak mengabaikan cita-citaku… Akhirnya aku menyempurnakan 40 hari mendapati takbiratul ihrom bersama imam..

Sumber: www.ahlalhdeeth.com
Diterjemahkan oleh Ustadz Farid Fadhilah 
untuk kisahmuslim.com