Jumat, 28 Februari 2014

Sebuah kisah anak usia 10 Tahun bisa hafidz Al-Qur'an


Pembelajaran Abdullah, Hafidz Al Qur'an Usia 10 Tahun

Ayahnya, Farid Fadhillah, bercerita:

Dari beberapa orang yang nanya ke saya bahwa mereka tidak bisa mendidik anak-anak hafidz dan hafidzoh karena mereka sendiri tidak hafidz, sementara anak-anak sekolah di sekolah umum. saya beri gambaran keadaan Abdullah dan uminya sebagai guru utamanya. Abdullah termasuk anak yang lambat bicaranya. Dia baru berbicara di usianya 4.5 tahun.

Sementara ibunya bukanlah hafidhoh, bukan ustadzah, hanya orang biasa saja. Abdullah pun sekolah di sekolah umum bukan pesantren. Bukan pula sekolah tahfidz sebagaimana umumnya di jumpai di Saudi. Abdullah mulai belajar al quran dari saya dengan panduan kitab IQRA yang melegenda itu. Usianya 4.5 tahunan ketika itu. Dan mulai menghafal al quran dengan bimbingan uminya di usia menjelang 5 tahun.

Dia menghafal dari potongan suku kata. Uminya membaca dia mengikuti per suku kata.. berpuluh-puluh kali. Setelah hafal suku kata tersebut pindah ke suku kata berikutnya. Terus berpuluh-puluh kali di ulangi. Sampai dapat 1 baris. Kemudian di ulangi lagi 1 baris tersebut berpuluh-piluh kali. Sampai dia hafal betul. Setelah itu baru pindah ke baris ke 2...

Sehari ketika itu hanya dapat 1 atau 2 baris saja tergantung kondisi Abdullah. Oya Abdullah menghafal dari belakang ke depan. Kecuali al Fatihah. Jadi surat pertama setelah al Fatihah adalah an-Naas dan seterusnya sampai al-Baqarah. Esok harinya dia akan mengulangi lagi apa yang dia hafalkan hari sebelumnya. Sebelum dia menambah 1 atau 2 baris lagi hari ini. Terus begitu hingga dapat 1 surat. Setelah itu barulah dia mengulangi-ulangi surat tersebut di satu hari itu saja. Dia akan murojaah lagi ketika sudah dapat satu halaman.

Uminya luar biasa sabar membimbing hafalan per suku kata ini sampai Abdullah hafal 2 juz terakhir, yakni 29 dan 30. Setelah itu barulah dinaikkan hafapannya menjadi 4 baris sehari hingga setengah halaman maksimum, karena dia juga harus belajar pelajaran lainnya. Hafalan 4 baris hingga setengah halaman perhari ini berlangsung kira-kira sampai juz ke-20.

Selama masa aktif sekolah paling-paling dapat 2 juz saja. Dia dapat banyak hafalan ketika musim liburan. Tentunya semakin lama semakin cepat hafalannya. Sampai-sampai ketika sudah kurang 5 atau 6 juz terakhir dia sanggup menghafal hingga 4.5 halaman perharinya. Seingat saya al-Baqarah selesai dalam waktu kira-kira 2 minggu. Pas ketika musim liburan antar semester di Saudi.

Kalau musim liburan sekolah Abdullah start menghafal setelah sarapan pagi kira-kira pukul 6 pagi waktu Saudi. Terus selama 2 jam dia menghafal sampai kira-kira pukul 8, kemudian istirahat setengah jam kemudian hafalan lagi sampai jam 10, kemudian istirahat lagi setengah jam, kemudian lanjut lagi hingga jam 12. Kemudian sholat dzuhur dan makan siang dan istirahat hingga pukul 2 siang. Kemudian pukul 3 siang lanjut lagi sampai waktu ashar. Setelah ashar lanjut lagi hingga maghrib.

Dan istri saya mendidik hafalan adeknya Abdullah yaitu Abdurrahman juga. Yang alhamdulillah sudah dapat 12 juz. Abdullah hafalan sendiri, uminya nerima setoran adiknya. Setelah adiknya selesai nyetor hafalan gantian Abdullah yang setor sementara adiknya hafalan sendiri terus begitu. Istri saya hampir tiap malam sampai sakit punggung akibat lamanya duduk untuk nyimak hafalan dan setoran anak-anak.

Sudah 5 tahun lebih seperti itu. Sekarang Abdullah tinggal murojaah terus. Fokus dipindah ke Abdurrahman. Dalam 1 tahun kedepan giliran adeknya Abdurrahman yaitu Abdurrazzaq sudah menunngu juga.

Subhanallah...

=====

Sekian cerita beliau. Cerita di atas saya dapatkan langsung dari pak Farid selaku ayah dari Abdullah, dan beliau sudah izinkan untuk share cerita di atas. 

Oleh: Muhammad Nashiruddin Hasan



Berteman dengan Mukmin yang Baik, Menjadi Syafaat di Hari Kiamat


Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda tentang syafaat di hari kiamat,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”

Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”

Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).

Memahami hadis ini, Imam Hasan al-Bashri menasehatkan,

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.”

Imam Ibnul Jauzi menasehatkan kepada teman-temannya,

إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك

”Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”

Kemudian  beliau menangis.


Nasehat.net

Selasa, 25 Februari 2014

Ahli Ibadah Tapi Ahli Neraka


Allah berfirman menceritakan keadaan salah satu ahli neraka,

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ , تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً

“Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3 – 4).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan satu riwayat dari Abu Imran Al-Jauni, bahwa suatu ketika Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati sebuah kuil, yang ditinggali seorang rahib nasrani.

Umarpun memanggilnya, ‘Hai rahib… hai rahib.’ Rahib itupun menoleh. Ketika itu, Umar terus memandangi sang Rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba Umar menangis.

Orang di sekitarnya keheranan, mereka bertanya,

Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat anda menangis?. Mengapa anda menangis ketika melihatnya.’

Jawab Umar,

ذكرت قول الله، عز وجل في كتابه: { عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً } فذاك الذي أبكاني

Aku teringat firman Allah dalam Al-Quran, (yang artinya) ‘Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki neraka yang sangat panas’ Itulah yang membuatku menangis.’ (Tafsir Ibn Katsir, 8/385).

Mengapa Mereka di Neraka?

Mereka rajin ibadah, namun semua sia-sia. Ibadahnya justru mengantarkan mereka ke neraka.

Apakah Allah mendzalimi mereka? Tentu tidak, karena Allah tidak akan pernah mendzalimi hamba-Nya. Allah haramkan diri-Nya untuk mendzalimi hamba-Nya.

Lalu apa Sebabnya?

Tentu saja semua itu kembali kepada pelaku perbuatan itu. Sebabnya adalah dia salah dalam beribadah. Dia beribadah, namun salah sasarannya, salah tata caranya, salah niatnya, salah yang disembah, atau salah semuanya. Sehingga bagaimana mungkin Allah akan menerimanya? Dan di saat yang sama, Allah justru memberikan hukuman kepada mereka.Wal ‘iyadzu billah..

Menyadari hal ini, sudah selayaknya kita bersyukur, Allah jadikan kita orang mukmin, padahal kita tidak pernah memintanya. Kita patut bersyukur, kita terlahir dari keluarga muslim, padahal kita tidak pernah memilihnya.

Tinggal saatnya kita berusaha agar amal kita diterima Allah. Caranya: kita berupaya agar amal yang kita kerjakan adalah amal yang benar. Benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan syariat.

Kriteria itu, Allah nyatakan dalam firman-Nya,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“. (QS. Al-Kahfi: 110).

Keterangan ayat,

1. “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya” artinya dia siap bertemu Allah dengan membawa bekal amal yang diterima.

2. “hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, itulah amal yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3. “dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, dengan ikhlas karena Allah ketika beribadah.

Itulah salah satu ayat yang menjelaskan kriteria amal yang benar dalam syariat,

Benar niatnya: ikhlas karena mengharap balasan dari Allah

Benar tata caranya: sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allahu a’lam


http://nasehat.net/ahli-ibadah-tapi-ahli-neraka/

Bacaan Qur-aan Sehari Semalam



Rasulullah  صلى اللّه عليه وسلم  bersabda, yang artinya:
Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak dicatat sebagai seorang yang lalai. Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang qaniith (taat). barangsiapa yang membaca 200 ayat maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala

(SHAHIIH li ghayrihi; HR. Ibnus Sunniy, lihat silsilah ash-shahiihah no. 642-643 sumber penomoran shahiih wa dhaiif al-adzkaar)

Wirid-wirid membaca ayat al Qur-aan berdasarkan hadits yang shahiih

1. Membaca ayat kursi [1 ayat]

dibaca setiap selesai shalat [total 5x], pagi [1x] dan petang [1x], sebelum tidur malam [1x];

[total 8]

2. al-ikhlash, al-falaq dan an-Naas [total 15 ayat]

dibaca masing-masing SEKALI setiap selesai shalat [5x15 = 75], pagi petang (masing-masing 3x) [2 x (3x15) = 2 x 45 = 90], sebelum tidur (dibaca secara berurutan 3x) [45]

[total 210]

3. ‘Aali Imran 190-200 [10 ayat]

dibaca ketika bangun tidur [10 ayat]

[total 10 ayat]

4. al Baqarah 285-286 [2 ayat]

dibaca ketika sebelum tidur [2 ayat]

[total 2 ayat]

5. Surat as-Sajadah [30 ayat] dan Surat al-Mulk [30 ayat]; total [60 ayat]

dibaca ketika sebelum tidur [60 ayat]

TOTAL POINT 1 – 5 = 290

untuk ini saja totalnya sudah, 290 ayat yang kita baca dalam sehari semalam.

maka kita tinggal memerlukan 210 ayat (dan ini kira-kira setara dengan satu juz, lebih sedikit) al Qur-aan untuk mencapai 500 ayat sehingga kita bisa dicatat pembendaharaan harta berupa pahala..

MARILAH QTA MERAIH KEUTAMAAN INI! 

TAPI ingatlah! 
amalan yang dicintai Allah adalah yang sedikit, tapi KONTINYU..

Bertahaplah dalam mengamalkan sesuatu, sehingga kita tdk terbebani dengan beban yang berat, yang malah nantinya kita tinggalkan.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

"Wahai ‘Abdullah (ibn ’ Amr ibnul ’Ash ), janganlah engkau seperti si fulan.
Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi."


Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Hendaknya kalian melakukan sesuatu yang kalian mampui.
Demi Allah, Allah Azzawajalla tdk akan pernah bosan hingga kalian sendiri yang bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah adalah yang paling kontinyu (terus menerus).”
[Hadits shahih, dikeluarkan oleh Ahmad 6/247,Muslim 6/73,Ath-Thabrany, hadits nomor 564 didlm Al-Kabir]

Bukankah qta MAMPU?

Membaca ayat kursi dlm stiap selesai shalat?
Membaca surat al-ikhlash,al-falaq&an-Naas dlm stiap shalat 5 wkt(masing-masing sekali); pagi & petang (masing-masing 3x), & sebelum tidur (secara berurutan masing-masing 3x)?!...

Untuk kedua hal ini saja, bacaan rutin al Quran kita dalam sehari sudah 218 ayat; yang semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak dibantah al Quran di hari kiamat kelak.

(Dikutip: http://abuzuhriy.com)

Ibadah Sesuai Tuntunan: Membuat Hidup Lebih Hidup


Diantara tujuan Allah mengutus Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tazkiyatun nafs (membersihkan hati manusia).

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al Qur`ân) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS. Ali Imrân: 164)

Makna firman-Nya “mensucikan jiwa mereka” adalah membersihkan mereka dari akhlak buruk, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya hidayah. (Tafsir Ibn Katsir, 2/158)

Kebersihan hati seorang muslim merupakan syarat untuk mencapai kebaikan bagi dirinya secara keseluruhan. Karena kebaikan seluruh anggota badan tergantung dari kesucian hatinya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia).” (HR. Bukhari 52, Muslim 1599 dan yang lainnya)

Ikuti Petunjuk Allh dan Rasul-Nya

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu. (QS. al-Anfal: 24)

Ayat ini menunjukkan bahwa kebaikan dan kemashlahatan merupakan sifat yang selalu ada pada semua ibadah dan petunjuk yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam . Ayat ini sekaligus menjelaskan manfaat dan hikmah agung dari semua ibadah yang Allah syariatkan, yaitu menjadi sumber kehidupan bagi hati manusia, yang merupakan syarat kebaikan seluruhnya.



http://nasehat.net/ibadah-sesuai-tuntunan-membuat-hidup-lebih-hidup/

Rabu, 19 Februari 2014

Sang Ratu Mesir


Sebagian wanita ada yang mengukir sejarah istimewa yang terkadang hal ini tidak sanggup dilakukan oleh kaum pria. Termasuk di antara mereka adalah Asiyah istri Fira’un, Ratu Mesir. Dia merelakan jiwanya mati untuk Allah, berpisah dengan dunia, dan sabar dari siksaan suaminya hingga kembali ruhnya kepada Sang Pencipta. Bagaimanakah kisahnya?! Berikut ini sebagian kisah hidup sang ratu.

Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya pada empat pasak; di kedua tangannya dan kedua kakinya. Apabila mereka pergi meninggalkannya, malaikat menaunginya, maka istri Fir’aun berdoa, ‘Ya Rab-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.’ Maka Allah memperlihatkan rumahnya di surga.”

Syaikh Al-Albani mencantumkan hadis ini daam Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah (6:35 no. 2507) beliau mengatakan, “Dikeluarkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya. (4:1521-1522) secara mauquf sampai Abu Hurairah, tetapi hadis ini dihukumi marfu’ (sampai kepada Nabi) karena Abu Hurairah tidak mungkin berbicara menurut pendapat pribadi semata walaupun mengandung kemungkinan dari israiliyat.

Sanad hadis ini shahih, sesuai dengan syarat muslim, As-Suyuthi membawakannya dalamAd-Durrur Mantsur, 6:245 secara mauqufseraya mengatakan, “Diriwayatkan Abu Ya’la dan Baihaqi dengan sanad shahih.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Matholib Aliyah (3:390) shahih mauquf.

KISAH SECARA GLOBAL

Sudah menjadi sunatullah bila Allah menyingkap kesalahan hamba-Nya tatkala hamba tersebut melalaikan hukum-hukum-Nya, khususnya menentang rubbubiyah Allah dan uluhiyah-Nya, di antaranya apa yang terjadi pada seorang thaghut Mesir yang mengaku mempunyai sifat uluhiyah(ketuhanan) dan rububiyah (pengatur alam). Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyingkapnya pada kejadian-kejadian yang banayk sekali, dan Allah Subhanahu wa Ta’alatelah mengakhirkan kehancurannya dan kehancuran bala tentaranya dengan ditenggelamkan di laut.

Di antaranya dia mencari anak kecil laki-laki karena mendapat wangsit dari dukunnya bahwa ada seorang anaka yang kelak akan menghancurkan kekuasaannya. Namun Allah justru mengirim anak kecil itu ke istananya, melalui kecintaan hati sang ratu, dia diasuh di istina Fir’aun, Fir’aun pun ikut memelihara serta menjaganya dan memberi harta kepada ibunya sebagai imbalan atas persusuannya.

Termasuk di antranya keimanan istri Fir’aun kepada Allah dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihissalam, sehingga dia disiksa dengan siksaan yang sangat, dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’alakeselamatan dari siksa. Allah berfirman,

وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً لِلَّذِينَ ءَامَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِندَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpaan bagi orang-orang yang beriman, ketika itu berkata: “Ya Robbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum zhalim.” (QS. At-Tahrim: 11)

Tatkala Fir’aun mendapati keimanan istrinya, dia mengikatnya dengan empat pasak di kedua tanganya dan kedua kakinya. Ini termasuk siksaan yang menyakitkan lagi pedih. Oleh karena itu, dia berdoa kepada Rab-nya agar selamat dari Fir’aun serta perbuatannya dan diselamatkan dari kaum yang zhalim dengan membawanya ke tempat tinggal yang kekal dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.

Allah Ta’ala memberikan perlindungan kepada wainta shalihah lagi mulia tersebut dengan mengirim malaikat yang menaunginya tatkala dia ditinggal pergi oleh tentara Fir’aun yang menyiksanya. Malaikat itu juga menghibur hatinya dengan memperlihatkan rumahnya di surga ketika dia disiksa.

Wanita ini telah membuktikan kepada Fir’aun akan kehinaan sang raja yang zhalim tersebut. Dia telah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Ilah dan Rabb. Dia mengingkariuluhiyah dan rububiyah Fir’aun. Seandainya dia adalah Ilah sebagaimana pengakuannya, tentunya istrinya tidak akan keluar dari ketaatannya, dan dia pasti bisa mengembalikan istrinya agar mengikuti kemauannya. Namun ternyata istrinya memilih beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah kisah wanita shalihah zaman dahulu yang hidup di sebuah istana raja tetapi bisa membuahkan ibrah (pelajaran) yang banyak untuk umat sesudahnya. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyifati Asiyah istri Fir’aun termasuk wanita yang sempurna.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu’anhuberkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Laki-laki yang sempurna banyak jumlahnya, dan tidak ada yang sempurna dari wanita kecuali Asiyah istri Fira’un dan Maryam binti Imran. Keutamaan Asiyah dibandingkan wanita lainnya seperti keutamaan bubur tsariddibanding semua makanan.” (HR. Bukhari, no.5418 dan Muslim, no.2431)

MUTIARA KISAH

Dari kisah di atas dapat kita petik beberapa pelajaran berharga, di antaranya:

  1. Besarnya pengaruh keimanan dalam menghadapi siksaan serta kehinaan yang ditimpakan oleh orang-orang zhalim kepada orang-orang mukmin, sampai-sampai wanita yang lembut dan hidup dalam kesenangan, dia bersabar atas siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah dan rahmat-Nya serta surga-Nya.
  2. Kedengkian orang-orang kafir kepada orang-orang beriman sangat besar, dimana Fir’aun tidak memperdulikan hak untuk istrinya, bahkan istrinya harus merasakan pedihnya siksaannya. Fir’aun juga tidak menghargai kelemahan seorang wanita.
  3. Penjagaan Allah kepada hamba-Nya yang beriman tatkala mereka tertimpa bencana, Allah mengirimkan kepada Asiyah istri Fir’aun beberapa malaikat untuk menaunginya ketika dia dalam keadaan dipasak. Allah juga memberikan kabar gembira dengan memperlihatkan sebuah rumah yang disiapkan di surga yang penuh kenikmatan untuknya. Hal itu untuk keteguhan imannya.
  4. Pilihan sebagian hamba Allah atas kenikmatan akhirat di atas kenikmatan dunia sekalipun mereka memperoleh ketinggian martabat, karena Asiyah adalah wanita pertama di istana kerajaan Fir’aun.
  5. Keagungan kelembutan Allah, andaikan Allah berkehendak agar Asiyah terlepas dari cobaannya, dan kehancuran Fir’aun dan prajuritnya tentu hal itu tidak sulit bagi-Nya, tetapi Dia Maha Lembut, memperlambat dan tidak membiarkan agar Fir’aun mengambil pelajaran.
  6. Cobaan Allah kepada hemba-Nya untuk menguji keimanannya, sebagaimana firman-Nya:

Dan di antara manusia ada orang yan gberkata: Kami beriman keapda Allah.’ Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azdab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Rabbmu, mereka pasti akan berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah besertamu.’ Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” (QS. Al-Ankabut: 10)

  1. Hubungan antara mukmin dan kafir tidaklah membahayakan sedikitpun apabila dia memisahkan diri dari kekufuran dan perbuatan orang-orang kafir tersebut. Kemaksiatan orang bermaksiat tidaklah membahayakan sedikitpun bagi orang yang taat di akhiratnya, walaupun mungkin memadharatkan pada saat orang beriman berada di dunia. Istri Fir’aun tidak termadharati karena hubungannya dengan Fir’aun orang yang paling kafir.
  2. Keutamaan Asiyah istri Fir’aun, karena dia memilih meninggal dunia di tangan raja, serta memilih siksaan di dunia daripada gelimang kenikmatan istana yang ia dapatkan. Sungguh firasatnya pada Nabi Musa ‘alaihissalam benar tatkala Asiyah berkata,

Ia adalah penyejuk mata hati bagiku.” (QS. Al-Qhashas: 9)

Sebuah catatan:

Ada sebuah hadis yang berkaitan dengan kisah di atas,

Barangsiapa yang bersabar atau kejelekan ahlak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti apa yang diberikan Ayub atas bala’nya dan barang siapa yang bersabar atau kejelekan suaminya Allah akan memberinya pahala seperti pahala Asiyah istri Fir’aun.”

Hadis ini tidak ada asalnya. (Silsilah Ahadis ad-Dha’ifah, Al-Albani, juz: 2 Hal. 90 hadis no. 627)

Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 9 Tahun 6, Robi’uts Tsani 1428 H

Artikel www.KisahMuslim.com

Ummu Hakim Berjuang Demi Keislaman Suami


Sosok qudwah wanita muslimah kita kali adalah seorang wanita yang berjuang untuk menyelamatkan suaminya dari kemusyrikan dan kekafiran, membawanya ke bawa naungan Islam sejati, berkasih sayang di atas agama dan keridhaan Allah Ta’ala.

Hal itu bukanlah perkara yang mudah bagai membalik telapak tangan, karena suaminya adalah seorang yang paling antipati terhadap Islam dan memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat beliau. Juga karena ayah suaminya itu adalah seorang pemimpin utama kaum musyrikin, eksekutor serta pelaku penindasan yang sadis yang telah menjatuhkan berbagai hukuman kepada orang-orang mukmin, ialah Abu Jahal, sedangkan suami wanita muslimah kita ini adalah putra Abu Jahal bernama Ikrimah.

Ia bernama Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam dari kaum Quraisy. Bapaknya saudara Abu Jahal dan ibunya adalah Fathimah binti Walid kakak Khalid bin Walid. Ikrimah inilah suami pertama Ummu Hakim binti Al-Harits, putra pamannya, seorang pemuda terpandang; baik dari segi harta maupun keturunan. Karena kepemimpinan ayahnya Abu Jahal maka ia menjadi terpola untuk memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahkan ikut menyiksa kaum muslimin denagn siksaan yang pedih demi menyenangkan hati bapaknya.

Terbunuhnya Abu Jahal pada Perang Badar membuat kebencian Ikrimah terhadap Islammakin berkobar. Kalau dahulu ia membencinya karena ingin menyenangkan ayahnya, tetapi sekarang kebenciannnya adalah untuk membalas dengan kematian ayahnya. Dari sinilah api permusuhan berkobar serta kebencian Ikrimah (dan orang-orang yang juga kehilangan keluarga mereka di Perang Badar) membara.

Pada mulanya, Ummu Hakim juga ikut bahu-membahu dengan suaminya dalam memusuhi Islam. Pada Perang Uhud ia bersama wanita-wanita Quraisy lainnya yang juga mendendam akan kematian keluarga mereka pada Perang Badar, berdiri tegak di belakang barisan musyrikin sambil memukul gendang untuk memberi semangat bagi tentara-tentara musyrikin agar terus maju. Pada hari itu kaum musyrikin mendapatkan sebagian keinginan mereka, hingga Abu Sufyan berkata, “Ini adalah balasan atas Perang Badar.”

Pada penaklukan kota Mekah, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam melarang panglima pasukannya untuk bentrok senjata secara langsung dengan orang-orang kafir kecuali kalau mereka diserang terlebih dahulu. Di saat itulah Ikrimah mengumpulkan pengikutnya dan menyerang pasukan yang besar dari pasukan-pasukan kaum muslimin. Akhirnya pasukan Ikrimah yang tak seberapa jumlahnya itu pun kalah, ada yang mati dan ada pula yang melarikan diri. Termasuk yang melarikan diri adalah Ikrimah bin Jahal.

Setelah kota Mekah ditaklukkan, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan maaf kepada kaum Quraisy yang dahulunya melakukan berbagai tindakan dalam memusuhi beliau, dan mengatakan perkataan beliau yang masyhur, “Pergilah kalain, sesungguhnya kalian telah dibebaskan.” Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecualikan beberapa orang dengan memerintahkan di bawah kelambu Ka’bah. Di antara mereka yang dikecualikan itu yang paling utama adalah Ikrimah bin Abi Jahal. Maka karena mendengar hal itu Ikrimah secara sembunyi-sembunyi melarikan diri menuju ke Yaman.

Di sisi lain, Ummu Hakim istri Ikrimah bersama Hindun binti Uqbah menuju rumah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sepuluh wanita lain, untuk mengungkapkan bai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdan memeluk agama Islam. Setelah Hindun binti Uqbah menyatakan keislamannya, Ummu Hakim pun berdiri menyatakan keislamannya, lalu ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, Ikrimah telah melarikan diri menuju ke Yaman karena takut engkau akan membunuhnya. Berikanlah keamanan baginya, semoga Allah memberikan keamanan kepadamu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ia telah mendapat keamanan.”

Seketika itu juga Ummu Hakim berangkat mencari Ikrimah ditemani oleh budaknya dari bangsa Romawi. Teriknya matahari, panasnya cuaca gurun sahara seakan tak terasakan oleh Ummu Hakim demi mendapatkan suaminya agar ia mau kembali dan masuk Islam bersamanya. Bahkan di tengah perjalanannya, budak Romawi yang menemaninya mencoba menggodanya untuk melakukan selingkuh, sungguh besar penderitaan wanita lemah berhati baja ini, menempuh perjalanan yang jauh, mengarungi padang pasir yang panas membara, mencari sang suami tercinta, sementara di tengah perjalanan budak yang seharusnya menjadi pelindung baginya berbalik menjadi bak serigala mendapatkan mangsanya. Wanita lemah ini memohon dan meminta tolong kepada penduduk kampung itu, lalu mereka menangkap budak tersebut dan mengikatnya di sana. Sedangkan Ummu Hakim meneruskan perjalanan tanpa teman, dan hanya Allah-lah yang menjaganya dari segala malapetaka.

Akhirnya dengan susah payah ia pun dapat bertemu dengan orang yang ica cari-cari, di tepi pantai di daerah Tihamah, ketika itu Ikrimah sedang bertransaksi dengan seorang nelayan muslim. Nelayan itu berkata kepadanya: “Bayar dahulu baru aku akan menyeberangkanmu.” Ikrimah berkata, “Bagaimana aku membayarmu?” Nelayan itu menjawab, “Dengan mengucapkan (asyhadu an laa ilaaha illalla wa asyhadu anna muhammadarrasulullah).” Ikrimah menjawab, “Aku tidak melarikan diri melainkan dari itu.” Di saat itulah Ummu Hakim datang, lalu ia berkata kepada suaminya, “Wahai putra paman, aku datang dari sisi manusia yang paling mulia yaitu Muhammad bin Abdullah, aku telah meminta keamanan bagimu dan beliau menyetujuinya, janganlah engkau mencelakakan dirimu sendiri.” Ia berkata, “Engkau sendiri yang telah mengatakan kepadanya?” Ummu Hakim menjawab, “Ya, aku yang mengatakan kepadanya, maka ia memberikan keamanan.” Ummu Hakim terus membujuknya sampai Ikrimah mau kembali bersamanya.

Dalam perjalanan pulang Ummu Hakim menceritakan kisah budak mereka, lalu mereka singgah di perkampungan tempat Ummu Hakim meninggalkan budak itu lalu Ikrimah membunuhnya. Peristiwa ini terjadi sebelum ia masuk Islam.

Setibanya di Mekah ia langsung pulang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyatakan keislamannya, dan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memintakan ampunan atas segala yang telah ia perbuat selama ia masih musyrik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammengabulkan permintaan tersebut dengan gembira. Semenjak itu bergabunglah Ikrimah dalam bahtera dakwah, di medan perang ia bagai singa yang haus darah serta menjadi ahli ibadah dan selalu membaca kitabullah.

Itulah buah dari perjuangan Ummu Hakim binti Al-Harits, yang menuntun Ikrimah putra sekaligus tangan kanan seorang dedengkot kafir dan berada pada barisan terdepan dalam memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga menjadi pembela Islam dan mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi dirinya sendiri. Ikrimah syahid pada perang Yarmuk (sebagian ahli sejarah mengatakan ia meninggal pada perang Ajnadin), di saat itu ia berperang dengan penuh semangat, sampai ia gugur sebagai syahid, dan di tubuhnya didapati lebih dari tujuh puluh luka bekas tikaman, panah, dan pukulan.

Sepeninggal Ikrimah dan masa iddah Ummu Hakim berakhir, ia dilamar oleh Yazid bin Abi Sufyan dan Khalid bin Sa’id, kemudian ia menerima lamaran Khalid dan ia pun menikah dengannya. Ketika hendak menggaulinya, bersamaan dengan itu tentara-tentara Romawi telah berkumpul (untuk menyerang kaum muslimin), Ummu Hakim berkata kepada Khalid, “Bagaimana kalau engkau undurkan sampai Allah mengusir barisan mereka?” Khalid menjawab, “Sesungguhnya aku merasa akan terbunuh dalam peperangan ini.” Ummu Hakim berakta, “Kalau begitu lakukanlah!” Maka Khalid pun menggaulinya,

Ketika pagi tiba, kedua pasukan pun mulai berhadapan, genderang perang ditabuh, dan pedang telah melakukan perannya. Khalid akhirnya terbunuh di peperangan tersebut. Mendengar berita itu, Ummu Hakim terjun ke medan perang dan membunuh tujuh orang Romawi dengan tiang kemah di jembatan yang hingga sekarang dinamakan jembatan Ummu Hakim, dan itu terjadi pada perang Ajnadin.

Sumber: Majalah Al-Mawaddah, Edisi 11 Tahun ke-1 Jumadal Ula 1429/Juni 2008

Artikel www.KisahMuslim.com

 

Ridha dengan Takdir yang Pahit



Dihikayatkan bahwa seseorang dari kalangan orang-orang shalih melewati seorang laki-laki yang terkena penyakit lumpuh separuh badan, ulat bertebaran dari dua sisi perutnya, lebih dari itu ia juga buta dan tuli. Lelaki lumpuh itu mengatakan, “segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanmu dari cobaan yang telah dialami oleh banyak orang.” Lantas lelaki shalih yang lewat itu heran, kemudian bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku! Apa yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dirimu padahal saya melihat semua musibah, menimpa dirimu?” Ia menjawab, “Menyingkirlah kamu dariku hai pengangguran! Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyelamatkanku karena Dia menganugerahkan kepadaku lisan yang selalu mentauhidkan-Nya, hati yang dapat mengenal-Nya, dan waktu yang selalu kugunakan untuk berdzikir kepada-Nya.”

Dihikayatkan pula bahwa ada seorang yang shalih yang apabila ditimpa sebuah musibah atau mendapat cobaan, selalu berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Pada suatu malam serigala datang memangsa ayam jagonya, kejadian ini disampaikan kepadanya, maka ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Kemudian pada malam itu pula anjing penjaga ternaknya dipukul orang hingga mati, lalu kejadian ini disampaikan kepadanya. Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Tak berapa lama keledainya meringkik, lalu mati. Ia pun berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik, insya Allah.” Anggota keluarganya merasa sempit dan tidak mampu memahami mengapa ia mengucapkan perkataan itu. Pada malam itu orang-orang Arab datang menyerang mereka. Mereka membunuh semua orang yang ada di wilayah tersebut. Tidak ada yang selamat selain dia dan keluarganya. Orang-orang Arab yang menyerang tersebut menjadikan suara ayam jago, gonggongan anjing, dan teriakan keledai sebagai indikasi bahwa sebuah tempat itu dihuni oleh manusia, sedangkan semua binatang miliknya telah mati. Jadi, kematian semua binatang ini merupakan kebaikan dan menjadi penyebab dirinya selamat dari pembunuhan. Maha Suci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Al-Mada’ini menceritakan,

“Di daerah pedalaman saya pernah melihat seorang perempuan yang saya belum pernah melihat seorang pun yang lebih bersih kulitnya dan lebih cantik wajahnya daripada dirinya. Lalu saya berkata, “Demi Allah, kesempurnaan dan kebahagiaan berpihak kepadamu.” Lantas perempuan tersebut berkata, “Tidak. Demi Allah, sesungguhnya saya banyak dikelilingi oleh duka cita dan kesedihan. Saya akan bercerita kepadamu. Dulu saya mempunyai seorang suami. Dari suami saya tersebut saya mempunyai dua orang anak. Suatu ketika ayah kedua anak saya ini sedang menyembelih kambing pada hari raya Idul Adha. Sedangkan anak-anak sedang bermain.” Lantas anak yang lebih besar berkata kepada adiknya, “Apakah kamu ingin saya beritahu bagaimana cara ayah menyembelih kambing?” Adiknya menjawab, “Ya.” Lalu si kakak menyembelih adiknya. Ketika si kakak ini melihat darah, maka ia menjadi cemas, lalu ia melarikan diri ke arah gunung. Tiba-tiba ia dimangsa oleh serigala. Kemudian ayahnya keluar untuk mencari anaknya, ternyata ia tersesat di jalan sehingga ia mati kehausan. Akhirnya saya pun hidup sebatang kara.” Lantas saya bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa sabar?” Ia menjawab, “Apabila peristiwa tersebut terus-menerus menimpa saya, pasti saya masih merasakannya. Namun, hal itu saya anggap hanya sebuah luka, hingga akhirnya ia pun sembuh.”

Pada saat putranya meninggal dunia, Imam asy-Syafi’i rahimahullah. Berkata, “Ya Allah! Jika Engkau memberi cobaan, maka sungguh Engkau masih menyelamatkanku. Jika Engkau mengambil, sungguh Engkau masih menyisakan yang lain. Jika Engkau mengambil sebuah organ, sungguh Engkau masih menyisakan banyak organ yang lain. Jika Engkau mengambil seorang anak, sungguh Engkau masih menyisakan beberapa anak yang lain.”

Al-Ahnaf bin Qais mengatakan,

“Saya mengadukan sakit perut yang saya alami kepada pamanku, namun ia malah membentakku seraya berkata, “Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengeluhkannya kepada seorang pun. Sesungguhnya manusia itu ada dua macam. Teman yang kamu susahkan dan musuh yang kamu senangkan. Janganlah engkau mengeluhkan sesuatu yang menimpa dirimu kepada makhluk sepertimu yang tidak mampu mencegah bila hal serupa menimpa dirinya. Akan tetapi, adukanlah pada Dzat yang memberi cobaan kepadamu. Dialah yang mampu memberikan kelonggaran kepadamu. Hai putra saudaraku! Sungguh, salah satu dari kedua mataku ini tidak dapat melihat semenjak empat puluh tahun lalu. Saya tidak memberitahukan hal ini kepada istri saya dan kepada seorang pun dari keluarga saya.”

Ada seorang yang shalih mendapat cobaan terkait putra-putranya. Ketika ia dianugerahi dua orang anak dan baru saja mulai beranjak besar sehingga membuatnya bahagia, tiba-tiba anaknya dijemput kematian. Ia ditinggalkan anaknya dengan penuh kesedihan dan patah hati. Akan tetapi, lantaran kuatnya iman, ia hanya dapat mengikhlaskan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar seraya berkata, “Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala – segala sesuatu yang telah Dia berikan. Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala pula segala sesuatu yang telah Dia ambil. Ya Allah! Berilah keselamatan kepadaku dalam musibah ini dan berikanlah ganti yang lebih baik lagi.” Allah pun menganugerahkannya anak yang ketiga. Setelah beberapa tahun, si anak jatuh sakit. Dan ternyata sakitnya sangat parah sampai hampir mati. Sang ayah berada di sisinya dengan air mata yang berlinangan. Kemudian ia merasakan kantuk dan tidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah datang. Ketakutan-ketakutan pada hari Kiamat telah muncul. Lantas ia melihat shirath(jembatan) yang telah dipasang di atas permukaan Neraka Jahannam. Orang-orang sudah siap menyeberanginya. Laki-laki tersebut melihat dirinya sendiri di atas shirath. Ia hendak berjalan, tetapi ia takut terjatuh. Tiba-tiba anaknya yang pertama yang telah mati datang berlari-lari menghampirinya seraya berkata, “Saya akan menjadi sandaranmu wahai ayahku!” Sang ayah pun mulai berjalan. Akan tetapi, ia masih khawatir terjatuh dari sisi lain. Tiba-tiba ia melihat anaknya yang kedua mendatanginya dan memegangi tangannya pada sisi lainnya. Lantas lelaki tersebut sungguh-sungguh bergembira. Setelah ia berjalan sebentara, ia merasakan sangat haus, lalu ia meminta kepada salah satu dari dua anaknya tersebut agar memberinya minuman. Keduanya berkata, “Tidak bisa. Jika salah satu dari kita meninggalkanmu, niscaya engkau terjatuh ke neraka, lalu apa yang sebaiknya kita lakukan?” Salah satu dari kedua anaknya berkata, “Wahai ayahku! Seandainya ada saudara kami yang ketiga bersama kami, pastilah ia dapat mengambilkan minum untukmu sekarang.” Lantas lelaki tersebut terjaga dari tidurnya seraya ketakutan. Ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia masih hidup dan Hari Kiamat belum tiba. Seketika ia melirik ke arah anaknya yang sedang sakit di sampingnya. Ternyata anaknya telah meninggal dunia. Kontan ia menjerit, “Segala puji bagi Allah.” Sungguh, saya telah mempunyai simpanan dan pahala. Kamu adalah pendahulu bagiku di atas shirath pada hari Kiamat kelak.”

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Artikel www.KisahMuslim.com

Hal-hal yang Menyelamatkan dari Kebinasaan


Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhuberkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenemui kami ketika kami sedang berada di shuffah di kota Madinah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, tadi malam saya bermimpi aneh. Saya melihat seseorang dari umatku didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Lalu datanglah amalnya berupa bakti kepada kedua orang tua yang menghalangi malaikat maut mencabut nyawanya.

Saya melihat seseorang dari umatku telah dihamparkan untuknya siksa kubur, lalu wudhunya mendatanginya dan menyelamatkannya dari siksa tersebut. Saya melihat seseorang dari umatku dikepung oleh beberapa setan, lalu dzikirnya kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala mendatanginya dan mengusir setan-setan tersebut dari sisinya. Saya melihat seseorang dari umatku telah dikepung oleh malaikat juru siksa lalu shalatnya mendatanginya dan menyelamatkannya dari tangan para malaikat tersebut.

Saya melihat seseorang dari umatku merasakan kehausan. Ketika dia hendak mendekat ke telaga, maka dia dicegah dan diusir, lantas puasanya pada bulan Ramadhan datang dan memberinya minum sehingga membuatnya segar. Saya melihat seseorang dari umatku dan saya melihat para nabi berkelompok membentuk lingkaran-lingkaran. Ketika dia hendak mendekati lingkaran para nabi, maka dia diusir, lantas datanglah mandi jinabatnya dan memegang tangannya, lantas mendudukkannya di sampingku. Saya melihat seseorang dari umatku di depannya gelap, di sebelah kirinya gelap, di sebelah kanannya gelap, di sebelah atasnya gelap, dia pun menjadi bingung. Lantas datanglah hajinya dan umrahnya, lalu keduanya mengeluarkannya dari kegelapan dan memasukkannya dalam cahaya.

Saya melihat seseorang dari umatku melindungi tangannya dan wajahnya menghindari nyala dan bara api neraka, lantas datanglah sedekahnya menjadi tabir antara dirinya dan neraka sekaligus menjadi naungan untuk kepalanya. Saya melihat seseorang dari umatku mengajak bicara orang-orang mukmin, tetapi mereka tidak mau berbicara dengannya, lalu datanglah silaturahim yang dilakukannya, lalu berkata, ‘Wahai golongan kaum mukmin! Sesungguhnya dia banyak melakukan silaturahim, oleh karena itu ajaklah dia bicara. Maka, kaum mukmin pun mau mengajaknya bicara, berjabat tangan dengannya, dan dia berada di tengah-tengah mereka.

Saya melihat seseorang dari umatku telah dikepung oleh malaikat Zabaniyah, lalu datanglah amar makruf nahi mungkar yang pernah dilakukannya, lalu menyelamatkannya dari tangan malaikat tersebut dan memasukkannya di kalangan malaikat Rahmat. Saya melihat seseorang dari umatku bersimpuh pada kedua lututnya. Sementara antara dirinya dan Allah Subhanahu wa Ta’alaterdapat penghalang, lantas datanglah akhlaknya yang baik, lalu memegang tangannya dan mempertemukannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saya melihat seseorang dari umatku yang lembaran catatan amalnya jatuh di arah kirinya, lantas datanglah rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu mengambil lembaran catatan amal tersebut dan diletakkan pada tangan kanannya. Saya melihat seseorang dari umatku yang timbangan amalnya ringan, lalu anak-anaknya yang masih kecil yang telah meninggal sebelum dia mendatanginya, latnas mereka memberatkan timbangan amalnya. Saya melihat seseorang dari umatku sedang berdiri di tepi neraka Jahannam, lalu khauf (rasa takut) kepada Allah Subhanahu wa Ta’alamendatanginya, lantas menyelamatkannya dari hal tersebut dan berlalu.

Saya melihat seseorang dari umatku turun ke neraka, lantas air mata yang pernah dicucurkannya karena takut kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala mendatanginya, lalu menyelamatkannya dari hal tersebut. Saya melihat seseorang dari umatku sedang berdiri di atas shirath (jembatan) yang bergoyang-goyang bagaikan pelepah pohon kurma yang diterpa angin kencang, lantas baik sangkanya terhadap Allah ‘Azza wa Jalla mendatanginya, lalu menenangkan ketakutannya dan dia pun melewatinya. Saya melihat seseorang dari umatku sedang merangkak di atas shirath, terkadang mengesot, dan sesekali bergantung, lantas bacaan shalawatnya kepadaku mendatanginya, lalu menyelamatkannya dan menegakkan kedua kakinya. Saya juga melihat seseorang dair umatku telah sampai di pintu-pintu surga, ternyata pintu-pintu itu telah ditutup, lalu bacaan syahadat bahwa tiada sesembahan yang benar selain Allah Subhanahu wa Ta’alamendatanginya, lalu membukakan untuknya pintu-pintu surga dan memasukkannya ke dalam surga’.”

(Dikeluarkan oleh al-Madini, dan dia berkata hadits ini hasan). Sekelompok huffazh menyebutkan bahwa isyarat keshahihannya telah terlihat.

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1


kisahmuslim.com

Khusnul Khotimahnya Seorang Pembaca Al Qur'an



Kisah Muslim – Ada seorang yang shalih membiasakan diri membaca Alquran al-Karim sebanyak sepeuluh juz setiap hari. Pada suatu hari dia sedang membaca surat Yasin. Sehingga, ketika dia sampai pada ayat:

Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Maka, ruhnya melayang ke langit. Sahabat-sahabatnya yang ada di sekitarnya pun heran dan berkata, “Laki-laki ini adalah orang shalih, bagaimana mungkin hidupnya diakhiri dengan ayat ini:

Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Setelah dia dimakamkan, seseorang yang shalih lainnya memimpikannya di dalam tidur. Dia berkata kepadanya, “Wahai Fulan! Hidupmu diakhiri dengan ayat:

Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yasin: 24)

Bagaimana kondisimu sekarang di sisi AllahSubhanahu wa Ta’ala?” Lantas dia menjawab, “Ketika kalian telah menguburkanku dan meninggalkanku, datanglah dua malaikat. Keduanya bertanya kepadaku dengan mengatakan, ‘Siapa Rabbmu?’ Lantas saya menyempurnakan bacaan surat tersebut. Saya pun menjawab:

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.” (QS. Yasin: 25)

Dikatakan:

“Masuklah ke surga.”

Dia berkata:

Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan“. (QS. Yasin: 26-27)

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

kisahmuslim.com

Kisah Pemuda dan Tukang Sihir “Ashhabul Ukhdud”, Bila Akidah Jadi Pilihan


Peristiwa Ashhabul Ukhdud adalah sebuah tragedi berdarah, pembantaian yang dilakukan oleh seorang raja kejam kepada jiwa-jiwa kaum muslimin, ini merupakan kebiadaban dan tindakan tak berpreikemanusiaan; namun akidah tetaplah harus dipertahankan, karena dengannyalah kebahagiaan yang abadi akan diperoleh. Allah mengisahkan kejadian tragis ini dalam Alquran dengan firman-Nya:

“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Buruju: 4-7)

Para ahlul ilmi sedikit berselisih dalam menafsirkan siapakah Ashhabul Ukhdud. Sebagian di antara mereka (ahlul ilmi) mengatakan bahwa mereka (Ashhabul Ukhdud) adalah suatu kaum yang termasuk orang-orang ahli kitab dari sisa-sisa orang Majusi.

Ibnu Abbas dalam suatu riwayat mengatakan: “Mereka adalah sekelompok manusia dari bani Isra’il. Mereka menggali parit yang luas di suatu tempat kemudian menyalakan api, orang-orang berdiri dihadapkan kepada parit, baik laki-laki maupun wanita, kemudian mereka dilemparkan ke dalamnya. Mereka menganggap bahwa dia adalah Daniel dan para sahabatnya.”

Dan dalam riwayat: “Hal itu adalah sebuah lubang parit di negeri Najran, di mana mereka menyiksa manusia di dalamnya.”

Sedangkan dalam riwayat Adl-Dlohak, beliau mengatakan: “Para ahli tafsir menyangka bahhwa Ashhabul Ukhdud adalah orang-orang dari bani Israil, di mana mereka meringkus manusia baik laki-laki maupun wanita, lalu dibuatkanlah parit dan dinyalakan api dalam parit tersebut, lalu dihadapkanlah seluruh kaum mu’minin ke arah parit tersebut, seraya dikatakan: ‘Kalian (memilih) kufur atau dilemparkan ke dalam api?” (Tafsir Ath-Thabari,30/162)

Kisah tragis ini pun kerap disampaikan oleh para pengajar kepada para muridnya. Bahkan pada kisah anak-anak pun sering disajikan. Kisah tersebut ialah sebagai berikut:

Dahulu ada seorang raja, dari orang-orang sebelum kalian. Dia memiliki seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada rajanya: “Sesungguhnya aku telah tua. Utuslah kepadaku seorang anak yang akan aku ajari sihir.” Maka sang raja pun mengutus seorang anak untuk diajari sihir. Setiap kali anak tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan ia selalu melewati seorang tabib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan rahib tersebut, sehingga ia kagum kepadanya. Maka setiap kali ia datang ke tukang sihir, ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib itu, kemudian baru ia datang ke tukang sihir sehingga tukang sihir itu memukulnya (karena ia datang terlambat, red.). ia mengadukan hal itu kepada rahib tadi, sang rahib pun berpesan: “Kalau engkau takut kepada tuakng sihir, katakanlah bahwa keluargamu telah menghalangimu (sehingga engkau terlambat), dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga bahwa tukang sihir itu telah mencegahmu. Maka tatkala berlangsung demikain, tiba-tiba ada seekor binatang buas mengonggok di tengah jalan sehingga menghalangi lalu-lalangnya manusia. Menghadapi peristiwa ini maka ia pun bergumam: “Pada hari ini akan aku buktikan apakah tukang sihir itu lebih utama dari pada rahib, ataukah sebaliknya.”

Ia pun mengambil sebuah batu kemudian mengatakan: “Ya Allah, apabila perkara rahib lebih engkau sukai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang buas itu.” Kemudian ia lemparkan batu tersebut, sehingga matilah binatang buas tadi dan manusia pun bisa lewat kembali. Sesudah itu datang lah ia kepada rahib dan mengabarkan kejadian yang baru saja ia alami, kemudian sang rahib mengatakan:

“Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah sampai pada perkara yang aku sangka. (ketahuilah) sesungguhnya engkau akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau tunjukkan tentang diriku.”

Dan kini ia dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta, serta dapat mengobati manusia dari berbagai macam penyakit.

Hal ini terdengar oleh seorang teman duduk raja, sedangkan dia adalah seorang yang buta, kemudian ia membawa harta yang banyak seraya mengatakan: “Aku akan berikan harta ini kepadamu bila engkau bersedia menyembuhkan penyakitku.” Maka sang anak menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah bisa menyembuhkan siapapu, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah. Kalau engkau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada-Nya untuk kesembuhanmu.” Maka ia pun beriman kepada Allah dan Allah pun menyembuhkan penyakitnya. Kemudian datanglah dia menemui sang raja dan duduk sebagaimana biasanya, sang raja pun heran seraya mengatakan: “Siapakah yang telah mengembalikan pandanganmu?” maka ia menjawab: “Rabb-ku.”  Sang raja melanjutkan: “Apakah engkau memiliki tuhan selain aku?!!” Jawabnya, “Ya, Dia adalah Rabb-ku dan Rabb-mu juga.” Maka sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada anak tersebut. Didatangkanlah si anak itu, kemudian sang raja berujar: “Wahai anakku, sekarang engkau telah memiliki kepandaian sihir, sehingga bisa menyembuhkan orang yang buta dan juga bisa menyembuhkan penyakit kusta dan lain sebagainya.” Sang anak balik menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, dan hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan.”

Akhirnya sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada rahib. Maka didatangkanlah si rahib, kemudian dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun enggan. Maka sang raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya, dan dibelahlah tubuhnya sampai terbelah menjadi dua bagian. Kemudian didatangkan pula teman duduk sang raja tersebut, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Demikian pula, ia pun enggan, kemudian ditaruh gergaji itu di atas kepalanya, lantas dibelahlah tubuhnya hingga terbelah.

Selanjutnya didatangkanlah sang anak, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun menolak. Kemudian ia dilemparkan kepada sekelompok prajurit raja, dan dikatakan: “Pergilah kalian ke gunung ini dan gunung ini, mendakilah sampai di puncak gunung, apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkan dia, dan kalau tidak, maka lemparkan ia ke dasar jurang.”

Maka mereka pun pergi, kemudian naik, dan tatkala berada di atas gunung sang anak berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Tiba-tiba bergetarlah gunung tersebut dan semua prajurit raja jatuh berguguran ke bawah jurang, kemudian kembalilah sang anak menemui sang raja. Ia heran dan mengatakan: ‘Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab: “Sesungguhnya Alalh telah menjagaku dari makar mereka.” Maka kembali sang raja melemparkannya ke sekelompok prajuritnya yang lain, kalai ini perintah sang raja: “Pergilah kalian dan bawalah anak ini ke sebuah perahu, apabila kalain telah ke tengah laut, maka apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkanlah ia, kalau ia tetap enggan, lemparkanlah ia ke tengah lautan!”

Maka mereka pun pergi, setelah sampai di tengah laut, sang anak pun berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Maka perahu itu pun terbalik, namun Allah tetap menyelematkannya dan tenggelamlah seluruh prajurit raja. Kembalilah sang anak datang menemui sang raja, ia pun terkejut seraya mengatakan: “Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab, “Allah telah menjagaku dari makar mereka.” Kemudian ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya engkau tidak akan pernah bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu? Sang anak melanjutkan, “Kumpulkanlah seluruh manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di sebuah pohon kurma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat anak panahku, letakkan anak panah itu di busurnya, kemudian katakanlah “Bismilah Rabbil ghulam (dengan nama Allah Rabb-nya anak ini).’ Kemudian lepaskanlah anak panah tersebut. Dengan begitu engkau bisa membunuhku.”

Maka sang raja pun mengumpulkan manusia pada suatu padang yang luas. Dia menyalib anak tersebut pada sebuah batang kurma, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat anak panahnya dan diletakkan di sebuah busur, kemudian mengatakan: “Bismillah Rabbin ghulam (Dengan menyebut nama Allah, Rabb anak ini).” Kemudian panah itu dilepaskan, maka anak panah itu melesat tepat mengenai pelipis sang anak, setelah itu Ia meletakkan tangannya di pelipisnya kemudian meninggal.

Maka manusia seluruhnya mengucapkan, “Aamanna bi Rabbil ghulam (Kami beriman kepada Allah Rabb-nya anak tersebut).” Maka dikatakan kepada sang raja: “(Wahai sang raja!) Tahukah engkau, perkara yang selama ini kau khawatirkan telah terjadi. Sungguh manusia seluruhnya telah beriman.” Maka sang raja memerintahkan untuk membuat sebuah parit di dekat pintu-intu jalan dan membuat lubang panjang. Lalu dinyalakanlah api kemudian ia berorasi: “Barangsiapa yang tidak mau kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam parit tersebut.” Atau sehingga dikatakan, “Lemparkanlah!!” maka mereka pun melemparkan seluruhnya. Sampai datang seorang wanita bersama bayinya, ia seorang wanita bersama bayinya, ia berputus asa, berdiri lemas tanpa daya menghadap jurang parit yang tengah berkobar api, tiba-tiba sang bayi berucap, “Wahai ibuku.. bersabarlah, sesungguhnya engkau dalam kebenaran…!”

(Hadits shahih riwayat Imam Muslim dalam kitab Az-Zuhd bab “Qishashotu Ash-habil Ukhdud was Sahir war Rahib wal Ghulam: 3005)

Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir (Ashhabul Ukhdud)

  1. Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk melanggengkan kesesatannya tersebut.
  2. Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil seperti mengukir di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima didikan dan pengajaran sesuai dengan yang diharapkan.
  3. Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lihatlah si anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada dalam didikan tukan sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
  4. Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
  5. Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana ada kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena hal itu termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan ia pun tidak akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan meninggal dunia” Adapun yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan praktek bom bunuh diri, yaitu dengan membawa alat peledak (bom) kemudian meledakkannya di sekelompok orang-orang kafir, maka ini termasuk kategori membunuh diri sendiri, dan barangsiapa yang membunuh diri sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-lamanya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan menusuk perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu tidak membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu, ia mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal tersebut tidak membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan manusia masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak) tersebut. (Lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166). 

Wallahul Muwaffiq.

Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 4 Tahun 6, Dzulqo’dah 1427 H. (Dipublikasikan ulang oleh Kisah Mulim dengan sedikit perubahan tata bahasa)

Artikel www.KisahMuslim.com